Dia duduk di tempat yang sama. Di sisi sebelah kanan dekat pintu
masuk. Tetapi tak seperti kemarin. Cuaca dalam ruangan sedikit berbeda. Aura soal hari ini rupanya telah mempengaruhi
sirkulasi udara.
Siap
bergelut dengan gempuran soal-soal. Hari
kedua Andra mengikuti UNBK di sekolahnya. Matematika. Sejak zaman nenek
moyangku, pelajaran yang
satu ini sepertinya sudah ditakdirkan untuk menjadi mata pelajaran yang ditakuti.
Padahal kalau dipikir-pikir. Mata pelajaran
ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya tidak semua
orang berpendapat begitu.
Pandangannya sedikit kabur.
Mulai kesulitan membaca dengan
baik soal-
soal yang tersaji di
layar komputer. Padahal enam buah lampu di ruangan lab sudah
memberi pencahayaan yang
nyaris sempurna. Hawa dingin dari AC di ruangan ini pun sangat membantu
menciptakan kenyamanan .
Tetapi itu tidak dirasakan Andra.
Soal
matematika yang silih-berganti di depannya telah menciptakan hawa tersendiri. Beberapa orang temannya bahkan sudah mulai terlihat seperti cacing kepanasan. Sudah
lima orang temannya terpaksa mendapat bantuan dari tim proktor. Akibat
kesalahan yang dilakukannya sendiri. Entah sengaja atau karena faktor lain
sehingga harus kembali meminta token yang baru agar bisa kembali mengerjakan
soal ujian berbasis komputer itu. Waktu kini menunjukkan pukul 08.50 Waktu Indonesia Tengah.
“Pak,
Bu,
saya izin ke toilet sebentar.” Kata Andra sembari mengacungkan tangan.
Dia pun meninggalkan ruang ujian. Tiga orang teman melakukan
hal yang sama dengannya.
“Katanya mau ke toilet, kenapa malah.....”
“Aku pusing baca soalnya. Dari pada berlama-lama di ruangan, aku memilih
menjawab sekenanya saja.” ucap Andra
pada
temannya.
Andra berdiri di samping kanan ruangan. Memandangi bunga-bunga di taman sekolah
yang tak lama lagi akan ditinggalkannya. Lalu
ia pun kembali ke
dalam ruangan.
Melanjutkan bersemedi
di atas kursi empuk
namun terasa tak nyaman.
Memandangi soal-soal yang
sama sekali tak dimengerti. Padahal materi soal itu sudah dijelaskan
oleh pak Hardin, guru matematika
Andra. Sejenak raut
wajah gurunya itu terpampang samar-samar di layar komputer. Andra mengutuk dirinya sendiri. Hal yang sama sepertinya berlaku pada
sebagian besar temannya yang lain. Hanya beberapa teman yang terlihat tenang.
Mereka adalah siswa-siswi yang dikenal serius selama
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Aahh, seandainya saja Andra mengikuti jejak mereka. Tentu hari ini dia
akan membuat harinya
indah. Kini
dia hanya duduk
melamun menunggu detik demi detik berlalu. Sesekali ia membolak-balik
kertas putih yang dibagikan untuk cakaran. Kembali ia memandangi soal di layar
komputernya. Tak ada pilihan jawaban fifty-fifty apalagi untuk phone a friend seperti dalam kuis itu.
Hanya pilihan a,b,c,d dan e. Itu saja.
Hingga
akhirnya jurus terakhir
pun digunakan. Memilih
jawaban sesuai hati. Semoga saja beberapa dari pilihan itu ada jawaban yang
benar. Andra terus saja berandai-andai sambil memainkan mouse di tangannya. Tiga lembar kertas HVS yang dibagikan masih menyisakan dua
lembar kosong.
Satu lembar sudah dipenuhi oleh coretan-coretannya. Hampir saja Andra
tergoda dengan apa yang dilakukan
teman di samping kanannya. Kertas itu digunakannya membuat perahu kertas untuk
menghibur diri yang kini menyesal karena tidak belajar dengan sungguh-sungguh.
Andra menarik nafas. Meski pikirannya
semerawut, di otaknya masih menyisakan sedikit akal sehat. Kertas HVS
miliknya setidaknya masih
bisa digunakan oleh teman lain yang akan mengikuti ujian di sesi berikutnya.
Andra terus menatap layar di depannya. Menunggu detik-detik terakhir. Akhirnya
tiba juga. Waktu untuk mengerjakan soal selesai untuknya. Dia pun berdiri dan berjalan gontai meninggalkan kursi
panasnya sembari berharap semoga nilai ujiannya kelak memuaskan.
( Selamat
mengikuti UNBK buat kalian generasi emas Indonesia)
![]() |
Hera Azis Simpoha |